Tara's Birthday

babies Lilypie1st Birthday Ticker

Thursday, December 21, 2006

Pencerahan??? gak juga :o)

Pernah penasaran??? Kalo pernah pasti tau dong gimana rasanya... gak bakal puas sampe rasa penasaran itu hilang dan kita temuin jawabannya kan?
Ya seperti itulah yg gue rasain beberapa hari ini.. dan sekarang beberapa saat lalu malam ini (coba liat dong gue postingnya kapan...) akhirnya gue dapet jawabannya (itulah jawaban dari persistent yaa.. walau jarang bisa konsisten.. hehehe) ...

Tapi.. dari situ juga gue merasa kalo gue itu gak pernah bersyukur yaa dan gak pernah puas... mau jadi apa sih... punya keluaraga yang baik... punya istri yang cantik dan baik... punya pekerjaan yang baik... Insya Allah malah mau di kasih rezeki paling gede yang pernah ada.. Anak...

Tapi ya itu.. gak pernah konsisten bersyukurnya... udah tau dikasih yang baik-baik tapi tetep aja gak keliatan syukurnya.. bukannya gak sadar... tapi terlalu males dan terlalu di perbudak nafsu sih... (hehehe sekedar pembelaan diri kedengarannya yaa) maunya sih sadar trus konsisten... tapi kenyataannya kadang iya.. kadang enggak...

Maunya sih minta sama Tuhan supaya diberi kekuatan.. tapi sadar juga kalo gak kitanya yg gak berubah.. Tuhan juga males kali... (Walau tetep minta ke Tuhan... Ya Allah berilah aku kekuatan)

Nulis ini juga cuma mau curhat aja.. abis daripada ilang lagi niat nulisnya.... plus harapan moga-moga bisa jadi orang yang lebih baik...

I'm 29 now...

Sebenernya sih ulang tahunnya kemaren 20 Desember...
mau tau siapa yang pertama ngasih selamat ulang tahun??? ya istri gue dong... tengah malem coba.. di bela2in buat ngucapin Happy B'Day sementara guenya cuma ngigo gak karuan.. maaf ya sayang... (kalo pun ada yang lain ya gue gak bakal cerita di sini lah.. bisa di gantung... hehehe GAK sayang.. gak ada yang lain kok...), kalo yang kedua?
baby tercinta lewat bundanya trus orang2 rumah (bapak & mamah mertua, cica).. trus mamah tercinta... trus... trus ACC... trus salesnya Sun Life hehehe...

Pagi2nya pas udah sadar... di kasih kartu sama istri gue.. tulisannya bagus deh... hmm apa ya? ada deh di kartu :op

Siangnya ngajak makan temen2 kantor di Churrasco - Brazilian BBQ yg ada di Setiabudi Bld. , sebenernya sih enak makannya gak kaya waktu gue nyoba pertama yg di La Piazza, tapi dagingnya tuh keluar seabad sekali kayanya.. lama bener.. sampe gak enak sama yang lain..
Well anyway mereka ngasih gue hadiah loh (I'll miss you guys) sepatu Fila merah... tas Fila merah sama kaos Fila merah.. (serba merah coy) thanks to mr. ksan buat idenya... tadi pagi gue udah pake buat fitness... serba baru.. serba merah...

Malemnya di rumah (rumah mertua sih sebenernya) gue dinyanyiin lagu2 selamat ulang taun gitu... serasa anak kecil.. tapi seneng... plus dapet banyak hadiah.. hehehe
Plus istri gue beliin ice cram cakenya baskin robins... nyam.. nyam... trus tiup lilin deh... mau tau wishlist gue gak pas tiup lilin... gak ah... gak mau kasih tau... pamali.. hehehe

Sudah 29 tahun di dunia... bisa jadi lebih baik???

Tuesday, December 19, 2006

Muslims Partaking In the Celebration Of Christmas

Postingan di bawah ini didapat dari milis Binabud yang dikirimkan oleh kak Kartono Muhammad, silahkan di baca...


------------------------------------------------------------------------------------


Jawaban dalam Arab News ini mencerminkan jawaban orang yang percaya diri, tanpa cemburu atau takut kehilangan umat. Mungkin karena penjawab merasa bahwa iman Islamnya sudah kuat sehingga tidak mudah tergoyahkan.

Hanya orang yang merasa rendah diri (menderita inferiority complex), merasa kalah, tidak percaya diri, yang mempunyai pandangan yang serba curiga, bahkan cenderung paranoid, terhadap mereka yang dianggapnya lebih kuat dan lebih berhasil. Silakan dicerna. Kalau mau bantah, ya bantahlah ke Arab News. Ada websitanya yang juga menerima kritik dari pembacanya.

KM





Muslims Partaking In the Celebration Of Christmas



Some years ago I married an English girl who decided later to convert to Islam, without any pressure from me. We had then to move to Denmark where we have been living for the last few years. Needless to say, that has restricted our visiting my parents-in-law. It so happens that my wife and children visit her parents for two weeks at Christmas time.
The parents accept the fact that their daughter has become a Muslim and respect Islamic teachings with regard to food and drink when she is with them, to the extent that we do not see pork or an alcoholic drink in their home during our visits.
My wife gives them gifts at Christmas and they in return give her and my children presents at Christmas. I am thinking of telling my wife not to visit them next Christmas. Please advise.

A woman companion of the Prophet, peace be upon him, once told him that her mother had come to visit her, and that the mother was a non-believer who shared the pagan beliefs of the Arabs. She asked the Prophet, peace be upon him, whether it was appropriate for her to be kind and dutiful to her mother The Prophet, peace be upon him, ordered her to be so.

You have been following the proper practice, which Islam urges by maintaining good relations with your wife's parents. From what you have said about their behavior, they seem to be broad-minded people who will not cause you, your wife or children any harm. You may maintain warm relations with them.

Nor is there any harm in giving them gifts on Christmas, because the Prophet peace be upon him, did not instruct Muslims not to do so. On the contrary, giving non-believers presents on their festive occasions is encouraged as long as they behave in a proper manner toward Muslims and Islam. Your parents-in-law seem to fall in this category of people. If you feel uneasy
about your children developing the habit of associating Christmas with festivity and good presents from their grandparents, then perhaps you could suggest to your parents-in-law, in a gentle way that does not offend them, that you would prefer that they delay the gifts to your children until the new year, or some other occasion, such as Eid.

You should try to make sure first that they will receive your suggestion without taking offense, and that they will be accommodating. If you determine that they may be offended at your suggestion, then it may be more advisable not to broach the subject at all. Instead, you can explain to your children that the gifts they receive at Christmas have no religious value. From what you tell me about your children and the way they cope with interfaith relationship, I feel that they will easily understand.

Friday, December 08, 2006

Benarkah Poligami Sunah?

Minggu-minggu ini lagi rame banget masalah poligami cuma gara-gara Aa Gym kawin lagi.
Di bawah ini ada satu artikel yang bagus tentang poligami.. Selamat membaca...

--------------------------------------------------------------------------------
Faqihuddin Abdul Kodir


UNGKAPAN "poligami itu sunah" sering digunakan sebagai pembenaranp oligami. Namun, berlindung pada pernyataan itu, sebenarnya bentuk lain dari pengalihan tanggung jawab atas tuntutan untuk berlaku adil karena pada kenyataannya, sebagaimana ditegaskan Al Quran, berlaku adil sangat sulit dilakukan (An-Nisa: 129).


DALIL "poligami adalah sunah" biasanya diajukan karena sandaran kepada teks ayat Al Quran (QS An-Nisa, 4: 2-3) lebih mudah dipatahkan. Satu-satunya ayat yang berbicara tentang poligami sebenarnya tidakmengungkapkan hal itu pada konteks memotivasi, apalagi mengapresiasi poligami. Ayat ini meletakkan poligami pada konteks perlindungan terhadap yatim piatu dan janda korban perang.

Dari kedua ayat itu, beberapa ulama kontemporer, seperti Syekh Muhammad Abduh, Syekh Rashid Ridha dan Syekh Muhammad al-Madan -ketiganya ulama terkemuka Azhar Mesir -lebih memilih memperketat. Lebih jauh Abduh menyatakan, poligami adalah penyimpangan dari relasi perkawinan yang wajar dan hanya dibenarkan secara syar’i dalam keadaan darurat sosial, seperti perang, dengan syarat tidak menimbulkan kerusakan dan kezaliman (Tafsir al-Manar, 4/287).

Anehnya, ayat tersebut bagi kalangan yang propoligami dipelintir menjadi "hak penuh" laki-laki untuk berpoligami. Dalih mereka, perbuatan itu untuk mengikuti sunah Nabi Muhammad SAW. Menjadi menggelikan ketika praktik poligami bahkan dipakai sebagai tolok ukur keislaman seseorang: semakin aktif berpoligami dianggap semakin baik poisisi keagamaannya. Atau, semakin bersabar seorang istri menerima permaduan, semakin baik kualitas imannya. Slogan-slogan yang sering dimunculkan misalnya, "poligami membawa berkah", atau "poligami itu indah", dan yang lebih populer adalah "poligami itu sunah".

Dalam definisi fikih, sunah berarti tindakan yang baik untuk dilakukan. Umumnya mengacu kepada perilaku Nabi. Namun, amalan poligami, yang dinisbatkan kepada Nabi, ini jelas sangat distorsif. Alasannya, jika memang dianggap sunah, mengapa Nabi tidak melakukannya sejak pertama kali berumah tangga?

Nyatanya, sepanjang hayatnya, Nabi lebih lama bermonogami daripada berpoligami. Bayangkan, monogami dilakukan Nabi di tengah masyarakat yang menganggap poligami adalah lumrah. Rumah tangga Nabi SAW bersama istri tunggalnya, Khadijah binti Khuwalid RA, berlangsung selama 28 tahun.Baru kemudian, dua tahun sepeninggal Khadijah, Nabi berpoligami. Itu pun dijalani hanya sekitar delapan tahun dari sisa hidup beliau. Dari kalkulasi ini, sebenarnya tidak beralasan pernyataan "poligami itu sunah".

Sunah, seperti yang didefinisikan Imam Syafi’i (w. 204 H), adalah penerapan Nabi SAW terhadap wahyu yang diturunkan. Pada kasus poligami Nabi sedang mengejawantahkan Ayat An-Nisa 2-3 mengenai perlindungan terhadap janda mati dan anak-anak yatim. Dengan menelusuri kitab Jami’ al-Ushul(kompilasi dari enam kitab hadis ternama) karya Imam Ibn al-Atsir(544-606H), kita dapat menemukan bukti bahwa poligami Nabi adalah media untuk menyelesaikan persoalan sosial saat itu, ketika lembaga sosial yang ada belum cukup kukuh untuk solusi.

Bukti bahwa perkawinan Nabi untuk penyelesaian problem sosial bisa dilihat pada teks-teks hadis yang membicarakan perkawinan-perkawinan Nabi. Kebanyakan dari mereka adalah janda mati, kecuali Aisyah binti Abu Bakr RA. Selain itu, sebagai rekaman sejarah jurisprudensi Islam, ungkapan"poligami itu sunah" juga merupakan reduksi yang sangat besar. Nikah saja,menurut fikih, memiliki berbagai predikat hukum, tergantung kondisi calon suami, calon istri, atau kondisi masyarakatnya. Nikah bisa wajib, sunah, mubah (boleh), atau sekadar diizinkan. Bahkan, Imam al-Alusi dalam tafsirnya, Rūh al-Ma’āni, menyatakan, nikah bisa diharamkan ketika calon suami tahu dirinya tidak akan bisa memenuhi hak-hak istri, apalagi sampai menyakiti dan mencelakakannya. Demikian halnya dengan poligami.
Karena itu, Muhammad Abduh dengan melihat kondisi Mesir saat itu, lebih memilih mengharamkan poligami.

Nabi dan larangan poligami
Dalam kitab Ibn al-Atsir, poligami yang dilakukan Nabi adalah upaya transformasi sosial (lihat pada Jāmi’ al-Ushūl, juz XII, 108-179). Mekanisme poligami yang diterapkan Nabi merupakan strategi untuk meningkatkan kedudukan perempuan dalam tradisi feodal Arab pada abad ke-7 Masehi. Saat itu, nilai sosial seorang perempuan dan janda sedemikian rendah sehingga seorang laki-laki dapat beristri sebanyak mereka suka. Sebaliknya, yang dilakukan Nabi adalah membatasi praktik poligami, mengkritik perilaku sewenang-wenang, dan menegaskan keharusan berlaku adil dalam berpoligami.

Ketika Nabi melihat sebagian sahabat telah mengawini delapan sampai sepuluh perempuan, mereka diminta menceraikan dan menyisakan hanya empat. Itulah yang dilakukan Nabi kepada Ghilan bin Salamah ats-Tsaqafi RA,Wahb al-Asadi, dan Qais bin al-Harits. Dan, inilah pernyataan eksplisit dalam pembatasan terhadap kebiasan poligami yang awalnya tanpa batas sama sekali.

Pada banyak kesempatan, Nabi justru lebih banyak menekankan prinsip keadilan berpoligami. Dalam sebuah ungkapan dinyatakan: "Barang siapa yang mengawini dua perempuan, sedangkan ia tidak bisa berbuat adil kepada keduanya, pada hari akhirat nanti separuh tubuhnya akan lepas danterputus" (Jāmi’ al-Ushūl, juz XII, 168, nomor hadis: 9049). Bahkan, dalam berbagai kesempatan, Nabi SAW menekankan pentingnya bersikap sabar dan menjaga perasaan istri.

Teks-teks hadis poligami sebenarnya mengarah kepada kritik, pelurusan,dan pengembalian pada prinsip keadilan.
Dari sudut ini, pernyataan"poligami itu sunah" sangat bertentangan dengan apa yang disampaikan Nabi.Apalagi dengan melihat pernyataan dan sikap Nabi yang sangat tegas menolak poligami Ali bin Abi Thalib RA. Anehnya, teks hadis ini jarang dimunculkan kalangan propoligami. Padahal, teks ini diriwayatkan para ulama hadis terkemuka: Bukhari, Muslim, Turmudzi, dan Ibn Majah.

Nabi SAW marah besar ketika mendengar putri beliau, Fathimah binti Muhammad SAW, akan dipoligami Ali bin Abi Thalib RA. Ketika mendengar rencana itu, Nabi pun langsung masuk ke masjid dan naik mimbar, lalu berseru: "Beberapa keluarga Bani Hasyim bin al-Mughirah meminta izin kepadaku untuk mengawinkan putri mereka dengan Ali bin Abi Thalib. Ketahuilah,aku tidak akan mengizinkan, sekali lagi tidak akan mengizinkan. Sungguh tidak aku izinkan, kecuali Ali bin Abi Thalib menceraikan putriku, kupersilakan mengawini putri mereka. Ketahuilah, putriku itu bagian dariku;apa yang mengganggu perasaannya adalah menggangguku juga, apa yang menyakiti hatinya adalah menyakiti hatiku juga."
(Jāmi’ al-Ushūl, juz XII,162, nomor hadis: 9026).

Sama dengan Nabi yang berbicara tentang Fathimah, hampir setiap orangtua tidak akan rela jika putrinya dimadu. Seperti dikatakan Nabi,poligami akan menyakiti hati perempuan, dan juga menyakiti hati orangtuanya. Jika pernyataan Nabi ini dijadikan dasar, maka bisa dipastikan yang sunah justru adalah tidak mempraktikkan poligami karena itu yang tidakdikehendaki Nabi. Dan, Ali bin Abi Thalib RA sendiri tetap bermonogami sampai Fathimah RA wafat.

Poligami tak butuh dukungan teks
Sebenarnya, praktik poligami bukanlah persoalan teks, berkah, apalagi sunah, melainkan persoalan budaya.

Dalam pemahaman budaya, praktik poligami dapat dilihat dari tingkatan sosial yang berbeda. Bagi kalangan miskin atau petani dalam tradisi agraris, poligami dianggap sebagai strategi pertahanan hidup untuk penghematan pengelolaans umber daya. Tanpa susah payah, lewat poligami akan diperoleh tenaga kerja ganda tanpa upah. Kultur ini dibawa migrasi ke kota meskipun stuktur masyarakat telah berubah. Sementara untuk kalangan priayi, poligami tak lain dari bentuk pembendamatian perempuan. Ia disepadankan dengan harta dan takhta yang berguna untuk mendukung penyempurnaan derajat sosial lelaki.

Dari cara pandang budaya memang menjadi jelas bahwa poligami merupakan proses dehumanisasi perempuan. Mengambil pandangan ahli pendidikan Freire, dehumanisasi dalam konteks poligami terlihat mana kala perempuanyang dipoligami mengalami self-depreciation. Mereka membenarkan, bahkan bersetuju dengan tindakan poligami meskipun mengalami penderitaan lahir batin luar biasa. Tak sedikit di antara mereka yang menganggap penderitaan itu adalah pengorbanan yang sudah sepatutnya dijalani, atau poligami itu terjadi karena kesalahannya sendiri. Dalam kerangka demografi, para pelaku poligami kerap mengemukakan argumen statistik.

Bahwa apa yang mereka lakukan hanyalah kerja bakti untuk menutupi kesenjangan jumlah penduduk yang tidak seimbang antara lelaki dan perempuan. Tentu saja argumen ini malah menjadi bahan tertawaan. Sebab, secara statistik, meskipun jumlah perempuan sedikit lebih tinggi,namun itu hanya terjadi pada usia di atas 65 tahun atau di bawah 20tahun. Bahkan, di dalam kelompok umur 25-29 tahun, 30-34 tahun, dan 45-49tahun jumlah lelaki lebih tinggi. (Sensus DKI dan Nasional tahun 2000;terima kasih kepada lembaga penelitian IHS yang telah memasok data ini).

Namun, jika argumen agama akan digunakan, maka sebagaimana prinsip yang dikandung dari teks-teks keagamaan itu, dasar poligami seharusnya dilihat sebagai jalan darurat. Dalam kaidah fikih, kedaruratan memangdiperkenankan. Ini sama halnya dengan memakan bangkai; suatu tindakan yang dibenarkan manakala tidak ada yang lain yang bisa dimakan kecuali bangkai.
Dalam karakter fikih Islam, sebenarnya pilihan monogami atau poligami dianggap persoalan parsial. Predikat hukumnya akan mengikuti kondisi ruang dan waktu. Perilaku Nabi sendiri menunjukkan betapa persoalan ini bisa berbeda dan berubah dari satu kondisi ke kondisi lain. Karena itu, pilihan monogami-poligami bukanlah sesuatu yang prinsip.


Yang prinsip adalah keharusan untuk selalu merujuk pada prinsip-prinsip dasar syariah,yaitu keadilan, membawa kemaslahatan dan tidak mendatangkan mudarat atau kerusakan (mafsadah). Dan, manakala diterapkan, maka untuk mengidentifikasi nilai-nilai prinsipal dalam kaitannya dengan praktik poligami ini, semestinya perempuan diletakkan sebagai subyek penentu keadilan. Ini prinsip karena merekalah yang secara langsung menerima akibat poligami. Dan, untuk pengujian nilai-nilai ini haruslah dilakukan secara empiris, interdisipliner, dan obyektif dengan melihat efek poligami dalam realitas sosial masyarakat. Dan, ketika ukuran itu diterapkan, sebagaimaan disaksikan Muhammad Abduh, ternyata yang terjadi lebih banyak menghasilkan keburukan daripada kebaikan. Karena itulah Abduh kemudian meminta pelarangan poligami.

Dalam konteks ini, Abduh menyitir teks hadis Nabi SAW: "Tidakdibenarkan segala bentuk kerusakan (dharar) terhadap diri atau orang lain."(Jāmi’a al-Ushūl, VII, 412, nomor hadis: 4926). Ungkapan ini tentu lebih prinsip dari pernyataan "poligami itu sunah".

Faqihuddin Abdul Kodir Dosen STAIN Cirebon dan peneliti FahminaInstitute Cirebon, Alumnus Fakultas Syariah Universitas Damaskus, Suriah

Monday, November 06, 2006

Benua Atlantis itu (Ternyata) Indonesia

Baguslah... tapi terus bagaimana?

----------------------------------------------------------------------------------
Oleh Prof. Dr. H. PRIYATNA ABDURRASYID, Ph.D.

Source: http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/102006/02/0902.htm

MUSIBAH alam beruntun dialami Indonesia. Mulai dari tsunami di Aceh hingga yang mutakhir semburan lumpur panas di Jawa Timur. Hal itu mengingatkan kita pada peristiwa serupa di wilayah yang dikenal sebagai Benua Atlantis. Apakah ada hubungan antara Indonesia dan Atlantis?

Plato (427 - 347 SM) menyatakan bahwa puluhan ribu tahun lalu terjadi berbagai letusan gunung berapi secara serentak, menimbulkan gempa, pencairan es, dan banjir. Peristiwa itu mengakibatkan sebagian permukaan bumi tenggelam. Bagian itulah yang disebutnya benua yang hilang atau Atlantis.

Penelitian mutakhir yang dilakukan oleh Aryso Santos, menegaskan bahwa Atlantis itu adalah wilayah yang sekarang disebut Indonesia. Setelah melakukan penelitian selama 30 tahun, ia menghasilkan buku Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitifve Localization of Plato's Lost Civilization (2005). Santos menampilkan 33 perbandingan, seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara bertani, yang akhirnya menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Indonesia. Sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia, menurutnya, ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec di
Meksiko.


Konteks Indonesia

Bukan kebetulan ketika Indonesia pada tahun 1958, atas gagasan Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja melalui UU no. 4 Perpu tahun 1960, mencetuskan Deklarasi Djoeanda. Isinya menyatakan bahwa negara Indonesia dengan perairan pedalamannya merupakan kesatuan wilayah nusantara. Fakta itu kemudian diakui oleh Konvensi Hukum Laut Internasional 1982. Merujuk penelitian Santos, pada masa puluhan ribu tahun yang lalu wilayah negara Indonesia merupakan suatu benua yang menyatu. Tidak terpecah-pecah dalam puluhan ribu pulau seperti halnya sekarang.

Santos menetapkan bahwa pada masa lalu itu Atlantis merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang aktif dan dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari
Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.

Teori Plato menerangkan bahwa Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu sebagian besar bagian dunia masih diliput oleh lapisan-lapisan es (era Pleistocene). Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang sebagian besar terletak di wilayah Indonesia (dulu) itu, maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh air asal dari es yang mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan dan gunung Semeru/Sumeru/Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau Somasir, yang merupakan puncak gunung yang meletus pada saat itu. Letusan yang paling dahsyat di
kemudian hari adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran Sunda.

Atlantis berasal dari bahasa Sanskrit Atala, yang berarti surga atau menara peninjauan (watch tower), Atalaia (Potugis), Atalaya (Spanyol). Plato menegaskan bahwa wilayah Atlantis pada saat itu merupakan pusat dari peradaban dunia dalam bentuk budaya, kekayaan alam, ilmu/teknologi, dan lain-lainnya. Plato menetapkan bahwa letak Atlantis itu di Samudera
Atlantik sekarang. Pada masanya, ia bersikukuh bahwa bumi ini datar dan dikelilingi oleh satu samudera (ocean) secara menyeluruh.

Ocean berasal dari kata Sanskrit ashayana yang berarti mengelilingi secara menyeluruh. Pendapat itu kemudian ditentang oleh ahli-ahli di kemudian hari seperti Copernicus, Galilei-Galileo, Einstein, dan Stephen Hawking.

Santos berbeda dengan Plato mengenai lokasi Atlantis. Ilmuwan Brazil itu berargumentasi, bahwa pada saat terjadinya letusan berbagai gunung berapi itu, menyebabkan lapisan es mencair dan mengalir ke samudera sehingga luasnya bertambah. Air dan lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut membebani samudera dan dasarnya, mengakibatkan tekanan luar
biasa kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantai benua. Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan gelombang tsunami yang dahsyat. Santos menamakannya Heinrich Events.

Dalam usaha mengemukakan pendapat mendasarkan kepada sejarah dunia, tampak Plato telah melakukan dua kekhilafan, pertama mengenai bentuk/posisi bumi yang katanya datar. Kedua, mengenai letak benua Atlantis yang katanya berada di Samudera Atlantik yang ditentang oleh Santos. Penelitian militer Amerika Serikat di wilayah Atlantik terbukti tidak berhasil
menemukan bekas-bekas benua yang hilang itu. Oleh karena itu tidaklah semena-mena ada peribahasa yang berkata, "Amicus Plato, sed magis amica veritas." Artinya,"Saya senang kepada Plato tetapi saya lebih senang kepada kebenaran."

Namun, ada beberapa keadaan masa kini yang antara Plato dan Santos sependapat. Yakni pertama, bahwa lokasi benua yang tenggelam itu adalah Atlantis dan oleh Santos dipastikan sebagai wilayah Republik Indonesia. Kedua, jumlah atau panjangnya mata rantai gunung berapi di Indonesia. Di antaranya ialah Kerinci, Talang, Krakatoa, Malabar, Galunggung,
Pangrango, Merapi, Merbabu, Semeru, Bromo, Agung, Rinjani. Sebagian dari gunung itu telah atau sedang aktif kembali.

Ketiga, soal semburan lumpur akibat letusan gunung berapi yang abunya tercampur air laut menjadi lumpur. Endapan lumpur di laut ini kemudian meresap ke dalam tanah di daratan. Lumpur panas ini tercampur dengan gas-gas alam yang merupakan impossible barrier of mud (hambatan lumpur yang tidak bisa dilalui), atau in navigable (tidak dapat dilalui), tidak
bisa ditembus atau dimasuki. Dalam kasus di Sidoarjo, pernah dilakukan remote sensing, penginderaan jauh, yang menunjukkan adanya sistim kanalisasi di wilayah tersebut. Ada kemungkinan kanalisasi itu bekas penyaluran semburan lumpur panas dari masa yang lampau.

Bahwa Indonesia adalah wilayah yang dianggap sebagai ahli waris Atlantis, tentu harus membuat kita bersyukur. Membuat kita tidak rendah diri di dalam pergaulan internasional, sebab Atlantis pada masanya ialah pusat peradaban dunia. Namun sebagai wilayah yang rawan bencana, sebagaimana telah dialami oleh Atlantis itu, sudah saatnya kita belajar dari
sejarah dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan mutakhir untuk dapat mengatasinya.

***

Penulis, Direktur Kehormatan International Institute of Space Law
(IISL), Paris-Prancis

Friday, November 03, 2006

First Baby Kick Felt by Ayahnya

Seneng deeh... my dear hubby finally felt our baby's kick. I've been feeling its movement since Lebaran, tapi suamiku itu sama sekali belom ngerasain. Padahal gerakan2nya lumayan kenceng loh, tapi ntah kenapa setiap suamiku siap2 nempelin tangannya di perutku si baby adem ayem aja ga mau gerak2. Main tak umpet sama ayahnya nih hehehe

Terus, a few nights ago, pas lagi mau tidur si baby nendang-nendang, langsung deh buru2 nyuruh hubby pegang, sempet sunyi senyap beberapa menit, terus tiba2 jedug-jedug waaaahhh... akhirnya mau juga dipegang ayahnya :D
Suami ku yang bingung gitu, itu tadi babynya ya? bukan kamu? Huuuu... mentang2 udah tau perut istrinya suka rusuh, curigation gitu dia hehehe...

Anyways.. sekarang tiap makan, pas siang-siang kerja di kantor dan kalo udah di kamar mo siap2 tidur, si baby ku pasti deh gerak2. Sejak gerakannya baby kerasa banget, gue jadi selalu berasa berdua kemana2 (padahal mah emang iya ya dari kemaren2 juga ;p, tapi sekarang bener2 baru kerasa ada yang nemenin selalu). Spot favoritnya babyku tuh di perut kanan bawah, hmm.. itu artinya posisi kepalanya di atas dong ya? Well... I'll know next weeklah, soalnya udah jadwalnya ke dokter lagi. Dan si pak dokter udah bilang kalo dia bakalan usg buat cari tau baby ku ini mas apa mbak :D Kita sih apa aja, yang penting anaknya sehat. Amiin.

Monday, October 30, 2006

Burka vs. Bikini

Artikel di bawah ini juga didapat dari milis Binabud. Isinya menurut gue sih bagus, tapi biasalah.. ada yang bakal suka ada yang enggak... silahkan disimak.

---------------------------------------------------------------------------------------
Friday, 04 August 2006
The Debauchery of American Womanhood
By Henry Makow, Ph.D.

On my wall, I have a picture of a Muslim woman shrouded in a burka. Beside it is a picture of an American beauty contestant, wearing nothing but a bikini.

One woman is totally hidden from the public; the other is totally exposed. These two extremes say a great deal about the clash of so-called "civilizations" .

The role of woman is at the heart of any culture. Apart from stealing Arab oil, the impending war in the Middle East is about stripping Arabs of their religion and culture, exchanging the burka for the bikini.

I am not an expert on the condition of Muslim women and I love feminine beauty too much to advocate the burka here. But I am defending some of the values that the burka represents for me.

For me, the burka represents a woman's consecration to her husband and family. Only they see her. It affirms the privacy, exclusivity and importance of the domestic sphere.

The Muslim woman's focus is her home, the "nest" where her children are born and reared. She is the "home" maker, the taproot that sustains the spiritual life of the family, nurturing and training her children, providing refuge and support to her husband.

In contrast, the bikinied American beauty queen struts practically naked in front of millions on TV. A feminist, she belongs to herself. In practice, paradoxically, she is public property. She belongs to no one and everyone. She shops her body to the highest bidder. She is auctioning herself all of the time.

In America, the cultural measure of a woman's value is her sex appeal. (As this asset depreciates quickly, she is neurotically obsessed with appearance and plagued by weight problems.)

As an adolescent, her role model is Britney Spears, a singer whose act approximates strip tease. From Britney, she learns that she will be loved only if she gives sex. Thus, she learns to "hook up" rather than to demand patient courtship or true love. As a result, dozens of males know her before her husband does. She loses her innocence, which is part of her charm. She becomes hardened and calculating. Unable to love, she is unfit to receiver her husband's seed.

The feminine personality is founded on the emotional relationship between mother and baby. It is based on nurturing and self-sacrifice. Masculine nature is founded on the relationship between the hunter and the prey. It is based on aggression and reason. Feminism teaches woman that feminine nature has resulted in "oppression" and that she should convert to male behavior instead.

The result: a confused and aggressive woman with a large chip on her shoulder, unfit to become a wife or mother. This of course, is the goal of the social engineers at the NWO: undermine sexual identity and destroy the family, create social and personal dysfunction, and reduce population. In the "brave new world", women are not supposed to be the "nest" makers, or progenitors of the race. They are meant to be neutered, autonomous creatures that indulge in sex for physical pleasure, not for love or procreation.

At his press conference on Sunday, Donald Rumsfeld said that Iranian women and youth were restive under the rule of the Mullahs. He implied that the US would soon liberate them. To Britney Spears? To low-rise "see-my-thong" pants? To the mutual masturbation that passes for sexuality in America?

Parenthood is the pinnacle of human development. It is the stage when we finally graduate from self-indulgence and become God's surrogates: creating and nurturing new life. The New World Order does not want us to reach this level of maturity. Pornography is the substitute for marriage. We are to remain stunted: single, sex-starved and self-obsessed.

We are not meant to have a permanent "private" life. We are to remain lonely and isolated, dependent on consumer products for our identity, in a state of perpetual courtship.

This is especially destructive for woman. Her sexual attraction is a function of her fertility. As fertility declines, so does her sex appeal. If a woman devotes her prime years to becoming "independent" , she is not likely to find a permanent mate. Her long-term personal fulfillment and happiness lies in making marriage and family her first priority.

Feminism is another curel New World Order hoax that has debauched American women and despoiled Western civilization. It has ruined millions of lives and represents a lethal threat to Islam.

I am not advocating the burka but rather some of the values that it represents, specifically a woman's consecration to her future husband and family, and the modesty and dignity this entail.

---------------------------------

Note: hasil survey HSBC tentang demografi dunia, menunjukkan bahwa negara yang mempunyai aging population terbesar adalah Amerika, Jepang dan negara2 Eropa. Menurut mereka ini mengancam produktivitas negara-negara itu dalam beberapa tahun ke depan.
Sementara hasil census Amerika tahun lalu yang dimuat yahoo baru2 ini, menyebut lebih banyak pasangan dalam "keluarga" yang unwed.
Melihat ini, plus hutang America yang mencapai US$ 9000 billion (dalam bentuk T-Bond, dll) dan deficit perdagangan yang semakin besar, rasanya empire ini tidak akan sustain.

Tuesday, October 10, 2006

First 3D/4D Experience

Karena disuruh USG 4D sama dokter, kitapun USG 4D di YPK, daftarnya hampir sebulan sebelumnya karena ternyata yang mau USG banyak banget. Apa sih USG 4D? Sebenernya USG 4D adalah USG 3 dimensi (lah iyalah wong manusia aja 3 dimensi doang bentuknya hehe), tapi berhubung bisa real-time, makanyalah dia disebut USG 4 dimensi (3D + real time). Sambil nunggu di YPK, gue pun ngeliat2 foto2 hasil USG 3D punya orang yang dijejerin sama foto asli babynya pas udah lahir. Hihihi... mirip2 loh mukanya, posenya aja sama. Udah excited aja nih pengen liat muka baby ku.

Pas giliran kita masuk, langsung di USG, wahhhh.... baby nya masih keciil.. keliatannya kurus lagi (huhuhu cepet gede ya babyku) si pak dokternya juga bilang masih kecil ini (ya iya pak, kita juga ngitungnya baru 17 minggu dia, dokter wahyunya aja yang kekeuh bilang udah 19 minggu :p ). My cute little baby gerak2 aktif banget, tangannya dadah2 ke ayah bundanya, kepalanya nengok-nengok miring kiri-kanan, kakinya nendang2. Rada worry juga sih, kok kayanya dia gelisah banget, tapi menurutnya dokternya babynya sih aktif normal. Duhh alhamdulillah. Sempet amazed liat dia semangat banget gerak2, soalnya daku belom ngerasain any of those baby kicks sih, emang sih ada rasa2 grubug2 gitu di perut atau berasa ada yang nowel-nowel dari dalem, cuma kan itu ga jelas apaan (bisa juga masuk angin gitu hehe). Selama di USG baby ku maen2in tali pusernya, soalnya kayanya rada ngehalangin mukanya dia, jadi bolak-balik disingkirin gitu sama si baby dari mukanya. Hihihihi lucu banget.

Karena penasaran, langsung nanya ma dokternya, "udah keliatan laki apa perempuan belom dok?". Dokternya diem aja sibuk ndiri, terus gue liat ada yang nonjol2 gitu, dokternya bilang "masih kecil sih jadi belom jelas nih laki/perempuan, tapi ada yang kaya nonjol gitu ya". Kita dilihatin tangan, kaki, tulang belakang si baby, diukur lingkar kepalanya, ditunjukkin plasentanya. Terus pas udah hampir selesai, dokternya bilang lagi, "hmm ada kemungkinan perempuan nih, ini kaya ada belahan". Dia nunjukkin di monitor, ada semacem garis diantara kaki babynya (emang ini artinya babynya cewek ya??). Wah jadi bingung deh hehe..

Kita dapet poto print-an si baby 7 lembar plus cd rekaman gambar si baby selama di usg. Diliat-liat baby ku itu belom jelas mukanya, jadi langsung berniat untuk usg lagi ntar kalo udah 8 bulan-an. Ohya buat yang pengen usg 4D ini, di YPK sama dr. bambang karsono, harganya 570rb, katanya sih lebih murah dari pada sama dr. dario turk.

Jadi makin gak sabar pengen babynya cepet gede, biar bisa digendong2 dan diajak maen :D

Wednesday, October 04, 2006

Muhammad's Sword Why did Pope Benedict utter these words in public? And why now?

Dapet dari milis Binabud.. silahkan dibaca...


----------------------------------------------
by Uri Avnery
September 26, 2006

Gush shalom
Since the days when Roman Emperors threw Christians to the lions, the relations between the emperors and the heads of the church have undergone many changes.
Constantine the Great, who became Emperor in the year 306 - exactly 1700 years ago - encouraged the practice of Christianity in the empire, which included Palestine. Centuries later, the church split into an Eastern (Orthodox) and a Western (Catholic) part. In the West, the Bishop of Rome, who acquired the title of Pope, demanded that the Emperor accept his superiority.
The struggle between the Emperors and the Popes played a central role in European history and divided the peoples. It knew ups and downs. Some Emperors dismissed or expelled a Pope, some Popes dismissed or excommunicated an Emperor. One of the Emperors, Henry IV, "walked to Canossa", standing for three days barefoot in the snow in front of the Pope's castle, until the Pope deigned to annul his excommunication.
But there were times when Emperors and Popes lived in peace with each other. We are witnessing such a period today. Between the present Pope, Benedict XVI, and the present Emperor, George Bush II, there exists a wonderful harmony. Last week's speech by the Pope, which aroused a world-wide storm, went well with Bush's crusade against "Islamofascism", in the context of the "Clash of Civilizations".

IN HIS lecture at a German university, the 265th Pope described what he sees as a huge difference between Christianity and Islam: while Christianity is based on reason, Islam denies it. While Christians see the logic of God's actions, Muslims deny that there is any such logic in the actions of Allah.
As a Jewish atheist, I do not intend to enter the fray of this debate. It is much beyond my humble abilities to understand the logic of the Pope. But I cannot overlook one passage, which concerns me too, as an Israeli living near the fault-line of this "war of civilizations".
In order to prove the lack of reason in Islam, the Pope asserts that the prophet Muhammad ordered his followers to spread their religion by the sword. According to the Pope, that is unreasonable, because faith is born of the soul, not of the body. How can the sword influence the soul?
To support his case, the Pope quoted - of all people - a Byzantine Emperor, who belonged, of course, to the competing Eastern Church. At the end of the 14th century, the Emperor Manuel II Palaeologus told of a debate he had - or so he said (its occurrence is in doubt) - with an unnamed Persian Muslim scholar. In the heat of the argument, the Emperor (according to himself) flung the following words at his adversary:
"Show me just what Mohammed brought that was new, and there you will find things only evil and inhuman, such as his command to spread by the sword the faith he preached".
These words give rise to three questions: (a) Why did the Emperor say them? (b) Are they true? (c) Why did the present Pope quote them?

WHEN MANUEL II wrote his treatise, he was the head of a dying empire. He assumed power in 1391, when only a few provinces of the once illustrious empire remained. These, too, were already under Turkish threat.
At that point in time, the Ottoman Turks had reached the banks of the Danube. They had conquered Bulgaria and the north of Greece, and had twice defeated relieving armies sent by Europe to save the Eastern Empire. In 1453, only a few years after Manuel's death, his capital, Constantinople (the present Istanbul) fell to the Turks, putting an end to the Empire that had lasted for more than a thousand years.
During his reign, Manuel made the rounds of the capitals of Europe in an attempt to drum up support. He promised to reunite the church. There is no doubt that he wrote his religious treatise in order to incite the Christian countries against the Turks and convince them to start a new crusade. The aim was practical, theology was serving politics.
In this sense, the quote serves exactly the requirements of the present Emperor, George Bush II. He, too, wants to unite the Christian world against the mainly Muslim "Axis of Evil". Moreover, the Turks are again knocking on the doors of Europe, this time peacefully. It is well known that the Pope supports the forces that object to the entry of Turkey into the European Union.

IS THERE any truth in Manuel's argument?
The pope himself threw in a word of caution. As a serious and renowned theologian, he could not afford to falsify written texts. Therefore, he admitted that the Qur'an specifically forbade the spreading of the faith by force. He quoted the second Sura, verse 256 (strangely fallible, for a pope, he meant verse 257) which says: "There must be no coercion in matters of faith".
How can one ignore such an unequivocal statement? The Pope simply argues that this commandment was laid down by the prophet when he was at the beginning of his career, still weak and powerless, but that later on he ordered the use of the sword in the service of the faith. Such an order does not exist in the Qur'an. True, Muhammad called for the use of the sword in his war against opposing tribes - Christian, Jewish and others - in Arabia, when he was building his state. But that was a political act, not a religious one; basically a fight for territory, not for the spreading of the faith.
Jesus said: "You will recognize them by their fruits." The treatment of other religions by Islam must be judged by a simple test: How did the Muslim rulers behave for more than a thousand years, when they had the power to "spread the faith by the sword"?
Well, they just did not.
For many centuries, the Muslims ruled Greece. Did the Greeks become Muslims? Did anyone even try to Islamize them? On the contrary, Christian Greeks held the highest positions in the Ottoman administration. The Bulgarians, Serbs, Romanians, Hungarians and other European nations lived at one time or another under Ottoman rule and clung to their Christian faith. Nobody compelled them to become Muslims and all of them remained devoutly Christian.
True, the Albanians did convert to Islam, and so did the Bosniaks. But nobody argues that they did this under duress. They adopted Islam in order to become favorites of the government and enjoy the fruits.
In 1099, the Crusaders conquered Jerusalem and massacred its Muslim and Jewish inhabitants indiscriminately, in the name of the gentle Jesus. At that time, 400 years into the occupation of Palestine by the Muslims, Christians were still the majority in the country. Throughout this long period, no effort was made to impose Islam on them. Only after the expulsion of the Crusaders from the country, did the majority of the inhabitants start to adopt the Arabic language and the Muslim faith - and they were the forefathers of most of today's Palestinians.

THERE IS no evidence whatsoever of any attempt to impose Islam on the Jews. As is well known, under Muslim rule the Jews of Spain enjoyed a bloom the like of which the Jews did not enjoy anywhere else until almost our time. Poets like Yehuda Halevy wrote in Arabic, as did the great Maimonides. In Muslim Spain, Jews were ministers, poets, scientists. In Muslim Toledo, Christian, Jewish and Muslim scholars worked together and translated the ancient Greek philosophical and scientific texts. That was, indeed, the Golden Age. How would this have been possible, had the Prophet decreed the "spreading of the faith by the sword"?
What happened afterwards is even more telling. When the Catholics re-conquered Spain from the Muslims, they instituted a reign of religious terror. The Jews and the Muslims were presented with a cruel choice: to become Christians, to be massacred or to leave. And where did the hundreds of thousand of Jews, who refused to abandon their faith, escape? Almost all of them were received with open arms in the Muslim countries. The Sephardi ("Spanish") Jews settled all over the Muslim world, from Morocco in the west to Iraq in the east, from Bulgaria (then part of the Ottoman Empire) in the north to Sudan in the south. Nowhere were they persecuted. They knew nothing like the tortures of the Inquisition, the flames of the auto-da-fe, the pogroms, the terrible mass-expulsions that took place in almost all Christian countries, up to the Holocaust.

WHY? Because Islam expressly prohibited any persecution of the "peoples of the book". In Islamic society, a special place was reserved for Jews and Christians. They did not enjoy completely equal rights, but almost. They had to pay a special poll-tax, but were exempted from military service - a trade-off that was quite welcome to many Jews. It has been said that Muslim rulers frowned upon any attempt to convert Jews to Islam even by gentle persuasion - because it entailed the loss of taxes.
Every honest Jew who knows the history of his people cannot but feel a deep sense of gratitude to Islam, which has protected the Jews for fifty generations, while the Christian world persecuted the Jews and tried many times "by the sword" to get them to abandon their faith.

THE STORY about "spreading the faith by the sword" is an evil legend, one of the myths that grew up in Europe during the great wars against the Muslims - the reconquista of Spain by the Christians, the Crusades and the repulsion of the Turks, who almost conquered Vienna. I suspect that the German Pope, too, honestly believes in these fables. That means that the leader of the Catholic world, who is a Christian theologian in his own right, did not make the effort to study the history of other religions.
Why did he utter these words in public? And why now?
There is no escape from viewing them against the background of the new Crusade of Bush and his evangelist supporters, with his slogans of "Islamofascism" and the "Global War on Terrorism" - when "terrorism" has become a synonym for Muslims. For Bush's handlers, this is a cynical attempt to justify the domination of the world's oil resources. Not for the first time in history, a religious robe is spread to cover the nakedness of economic interests; not for the first time, a robbers' expedition becomes a Crusade.
The speech of the Pope blends into this effort. Who can foretell the dire consequences?

Wednesday, September 20, 2006

NEPOTISME KULTURAL

Di bawah ini adalah kiriman kak Kartono Mohamad di milis Binabud, isinya bagus sekali... Btw ada link berita dari Newsweek tentang Paus Benedict XVI, silahkan di baca di
sini
.

--------------------------------------------------------------------------------

Kartono Mohamad



Nepotisme kultural bukanlah budaya nepotisme. Istilah nepotisme kultural saya kutip dari tulisan John Launer, redaktur majalah Quality Journal of Medicine dalam editorial majalah tersebut edisi tahun 2004. Ia mengkritik kalangan kedokteran Eropa yang tidak mau mengakui rintisan yang dilakukan oleh pakar kedokteran Islam dalam perkembangan ilmu kedokteran
modern. Ia mengambil contoh bahwa kedokteran Eropa hanya mengenal William Harvey sebagai penemu sistem sirkulasi darah dalam tubuh manusia. Padahal tiga abad sebelum Harvey, Ibn al-Nafis, seorang dokter muslim dari Syria sudah menuliskan tentang sirkulasi darah antara jantung dan paru-paru.

Tulisan al-Nafis itu kemudian diajarkan di Eropa oleh Michael Servetus di abad keenambelas. Servetus sendiri kemudian divonis hukuman mati oleh Gereja karena dianggap mengajarkan ilmu yang menyimpng dari ajaran agama (heresy) dan melakukan penghujatan terhadap agama. Nasibnya lebih buruk dari Galileo karena di tahun 1553 Servetus disalib dan dibakar hidup-hidup. William Harvey memepajari tulisan-tulisan al-Nafis melalui Servetus dan kemudian Harvey berhasil mengungkapkan sistem aliran darah antara jantung, paru-paru
dan tubuh secara utuh.

John Launer menuduh bahwa kalangan ilmuwan Eropa di abad pertengahan menjadi congkak dan merasa bahwa Eropalah pemula peradaban dunia tanpa mau mengakui atau bahkan mempelajari sejarah perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan di jaman kejayaan kerajaan Islam menguasai Eropa di barat sampai ke India di timur. John Launer mengatakan bahwa selama ribuan tahun, sejak kemenangan Khalifah Umar di abad ketujuh sampai keruntuhan kerajaan Ottoman di abad ketujuh belas, peradaban masyarakat dari tepi lautan Atlantik sampai ke ujung samudera Hindia praktis didominasi oleh peradaban Islam.

Kecongkakan itulah yang ia anggap sebagai nepotisme
kultural. Eropa menganggap kerajaan Romawilah tolok ukur awal peradaban modern. Tanpa mau menyadari bahwa ketika Eropa masih berada dalam jaman kegelapan (Dark Ages) dan abad pertengahan, peradaban Islam sudah berjaya selama empat ratus tahun.

Bahkan ketika penguasa-penguasa Eropa masih terbenam dalam pola pikir yang superstitious barbarism, pimpinan Islam di Spanyol sudah menunjukkan sikap yang toleran terhadap agama lain. Sebelum kedatangan Islam di Spanyol, orang Yahudi sangat ditekan, tidak boleh membuka sekolah Yahudi, dan selalu dijadikan kambing hitam kalau terjadi bencana. Ketika kerajaan
Islam berkuasa di Spanyol, terdapat tolerasni yang sangat tinggi dan terjadi sinergi lintas budaya. Dari toleransi itu lahir bukan saja ilmuwan Muslim tetapi juga ilmuwan Yahudi dan Keristen. Justru sikap yang sebaliknya ditunjukkan oleh raja Phillips yang merebut kembali Spanyol dari orang Islam dan melakukan inquisition yang dengan kejam memaksa umat Islam Spanyol untuk memeluk agama Katolik. Pola yang juga dilakukan oleh Spanyol ketika merebut Filipina dari kekuasaan raja Ternate dan mengubah orang Filipina dari Islam ke Katolik dengan kekerasan.

John Launer mengutip pandangan sejarawan Bernard Lewis yang dapat memahami kepedihan, sakit hati, dan kecurigaan kalangan Muslim yang berkelanjutan sampai sekarang. Bahkan Bernard Lewis seperti dikutip John Launer mengatakan, There is pain at the Western capacity to denigrate the Islamic past or to deny it altogether, and at our capacity to see Western
acts of violence as aberrant or merely reactive, while we regard that of the Muslim world as pathognomonic or definitional. Kekerasan yang dilakukan oleh dunia Barat dianggap sebagai penyimpangan atau reaksi terhadap kekerasan yang dilakukan oleh orang lain, sementara kekerasan yang dilakukan oleh kaum Muslim dianggap sebagai ciri wanti (pembawaan) atau memang bagian dari ajarannya.

Sampai kapan

Ungkapan Paus Benedictus yang men-single out Islam sebagai
contoh agama yang pernah menggunakan pedang untuk penyebarannya menunjukkan bahwa Paus pun masih dihinggapi oleh nepotisme kultural. Ia melupakan bahwa dalam sejarah, agama Keristen juga pernah melakukan hal yang sama, melalui Perang Tigapuluh Tahun di Eropa ketika negara-negara Eropa yang Katolik memerangi mereka yang mengikuti ajaran Protestan; melalui Inquisition yang antara lain ditujukan kepada umat Muslim dan Yahudi terutama setelah runtuhnya kerajaan Islam di Cordoba., dan sebagainya.

Tetapi buat apa mengungkit sejarah hitam penyebaran agama-agama Timur Tengah itu saat ini? Mengklaim bahwa agama saya lebih sejuk dan lebih damai dibanding agama orang lain bukan saja tidak membuat dunia ini lebih sejuk dan lebih damai tetapi justru menjadi lebih panas. Sejarah telah berkali-kali menunjukkan bahwa peperangan terjadi karena adanya nepotisme kultural (meminjam istilah John Launer) pada kedua belah pihakyang bertikai.
Baik di tingkat lokal, regional maupun dunia. Baik antara sesama bangsa, budaya, agama, maupun antara mereka yang berbeda budaya, bangsa dan agama.

Milton Bennet, pakar pembelajaran antar budaya (Intercultural Learning) menyimpulkan bahwa seseorang yang terpapar kepada budaya lain akan melewati enam tahapan sebelum ia dapat secara bijaksana melihat budaya orang lain dan hidup bersama mereka secara damai. Tahap itu adalah Penolakan, Mempertahankan Diri, Minimisasi Perbedaan, Menerima Perbedaan, Menyesuaikan Diri Dengan Perbedaan, dan Mengintegrasikan Perbedaan. Meskipun komunikasi antar budaya dan mobilitas manusia dalam bergaul dengan manusia lain sudah sangat tinggi, ternyata banyak di antara kita, terutama para elit pemimpin bangsa dan umat, yang baru memasuki tahap kedua. Tahap Mempertahankan Diri terhadap perbedaan. Yaitu melihat budaya lain sebagai ancaman. Kemudian membuat pernyataan-pernyataan yang men-stereotip-kan budaya lain secara negatif atau menganggap budayanya adalah yang paling superior.

Inilah nepotisme kultural yang selalu mendorong terjadinya kekerasan dan peperangan. Keinginan hidup berdampingan secara damai akan terus sebatas retorika, entah sampai kapan. Untuk mengurangi nepotisme kultural dan menurunkan ketegangan anta budaya, khususnya di bidang kedokteran, John Launer mengusulkan agar kalangan kedokteran Barat bersedia
memberikan penghormatan kepada Ibn al-Nafis yang setelah meninggal mewariskan rumah, tanah dan perpustakaan pribadinya untuk sebuah rumah sakit di Kairo. Barangkali juga di sisi lain umat Muslim bersedia memberikan penghormatan yang serupa kepada ilmuwan Keristen atau Yahudi yang telah ikut membawa nama baik Islam atau karya-karya yang bermanfaat bagi Islam. Sebagai contoh kecil, misalnya, MUI atau ICMI memberikan penghargaan kepada almarhum F. Silaban, arsitek masjid Istiqlal yang megah itu. Pertanyaan dasarnya
adalah benarkah kita sungguh-sungguh ingin damai?

Friday, September 15, 2006

15 weeks

Di sebelah itu tuh foto istri gue yang lagi hamil. Sekarang sedang memasuki minggu ke 15. Alhamdulillah. Sekarang semuanya berjalan dengan lancar mudah-mudahan sampai sembilan bulan nanti tetap lancar. Amin

Komen istri:
Biarpun di foto lagi senyum (teteup..), tapi sebenernya lagi rada2 frustasi dengan kegendutankuw huhuhu Moga2 yang gede kamu ya nak, bukan ibunya aja ;p

Wednesday, September 13, 2006

MEMOHON NAFKAH

Baru saja dapat email dari dompet dhuafa republika, artikelnya menurut gue bagus banget... silahkan disimak di bawah ini (mohon ijin kepada penulis untuk di post di blog ini... )

-------------------------------------------------------
Fadlan datang kepada seorang kyai di kampungnya. Ia
merasa bingung. Sudah banyak cara telah ia tempuh,
namun rezeki masih tetap sulit ia cari.
Kata orang, rezeki itu bisa datang sendiri, apalagi
kalau sudah menikah. Buktinya, sudah 3 tahun ia
menikah dan dikarunia dua orang anak, ia masih tetap
hidup luntang-lantung tak menentu.
Benar, keluarganya tidak pernah kelaparan sebab tidak
ada makanan. Namun kalau terus-terusan hidup kepepet
dan tidak punya pekerjaan, rasanya tidak ada
kebanggaan diri.
Ia pun datang kepada Kyai Ahmad untuk minta sumbang
saran. Kalau boleh sekaligus minta do'a dan pekerjaan
darinya. Terus terang, ia sendiri kagum dengan sosok
Kyai Ahmad yang amat bersahaja. Tidak banyak yang ia
kerjakan, namun dengan anak 9 orang, sepertinya
mustahil bila ia tidak pusing memikirkan nafkah
keluarga. Tapi nyatanya, sampai sekarang Kyai Ahmad
tetap sumringah di mata Fadlan. Tidak pernah ia lihat
Kyai Ahmad bermuka muram seperti dirinya. Makanya hari
itu, Fadlan datang untuk meminta nasehat kyai
tersebut.

"Hidup ini adalah adegan. Kita hanya wayang, sementara
dalangnya adalah Gusti Allah! Jadi, manusia itu hidup
karena disuruh 'manggung' oleh Dalangnya!" Kyai Ahmad
membuka penjelasan dengan sebuah ilustrasi ringan.
"Gak mungkin… kalau wayang itu manggung sendiri.
Pasti, ia dimainkan oleh Dalang. Sementara selama di
panggung, pasti Dalang akan memperhatikan nasib wayang
itu! Begitu juga manusia… gak mungkin dia hidup di
dunia, tanpa diperhatikan segala kebutuhannya oleh
Gusti Allah! Sudah paham belum kamu, Fadhlan?!" Kyai
Ahmad mengakhiri penjelasannya dengan sebuah
pertanyaan.
"Tapi pak kyai…, kalau Gusti Allah benar menjamin
hidup hamba-Nya… kenapa hidup saya seperti sia-sia
begini ya… nyari nafkah saja kok susah!" Fadlan
menyampaikan keluhnya.

"Oh… itu karena kamu belum datang kepada Gusti Allah.
Kalau kamu datang kepada Gusti Allah, hidupmu gak
bakal sia-sia!" Kyai Ahmad menambahkan.
Fadhlan belum mengerti betul apa maksud sebenarnya
dari kata 'datang kepada Allah', ia pun menanyakan
gambaran kongkrit tentang hal itu kepada Kyai Ahmad.
Dengan santai Kyai Ahmad menjelaskan, "Fadlan...,
semua masalah di dunia ini bakal selesai asal kita
datang kepada Allah. Banyak di dunia ini orang yang
bermasalah, punya hutang segunung, rezeki sulit,
ditimpa berbagai macam penyakit, kemiskinan, kelaparan
dan lain-lain... Itu disebabkan karena mereka tidak
datang kepada Allah. Kalau saja mereka datang kepada
Allah, maka segala masalah mereka terselesaikan!"
"Apakah hanya sesederhana itu, pak Kyai?" Fadlan
bertanya dengan nada penasaran. "Ya, hanya sesederhana
itu!" Pak kyai menegaskan.

Pak Kyai bercerita, "Pernah terjadi di Rusia di sebuah
negeri yang terkenal atheis, seorang pria pergi ke
tukang cukur. Saat rambutnya dicukur, ia terserang
kantuk. Kepalanya mulai mengangguk-angguk karena
kantuk. Tukang cukur merasa kesal, namun untuk
membangunkan pelanggannya, si tukang cukur mulai
bicara:
'Pak, apakah bapak termasuk orang yang percaya tentang
adanya Tuhan?' Pelanggan menjawab, 'Ya, saya percaya
adanya Tuhan!' Agar pembicaraan tak terhenti, si
tukang cukur menimpali, 'Saya termasuk orang yang
tidak percaya kepada Tuhan!' 'Apa alasanmu?' pelanggan
melempar tanya.

'Kalau benar di dunia ini ada Tuhan, dan sifat-Nya
adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, menurut saya
tidak mungkin di dunia ada orang yang punya banyak
masalah, terlilit hutang, terserang penyakit,
kelaparan, kemiskinan dan lain-lain. Ini khan bukti
sederhana bahwa di dunia ini tidak ada Tuhan!' tukang
cukur berbicara dengan cukup lantang.
Si pelanggan terdiam. Dalam hati, ia berpikir keras
mencari jawaban. Namun sayang, sampai cukuran selesai
pun ia tetap tidak menemukan jawaban. Maka pembicaraan
pun terhenti. Sementara si tukang cukur tersenyum
sinis, seolah ia telah memenangkan perdebatan.
Akhirnya, saat cukuran itu selesai, si pelanggan
bangkit dari kursi dan ia berikan ongkos yang cukup
atas jasa cukuran. Tak lupa, ia berterima kasih dan
pamit untuk meninggalkan tempat. Namun dalam
langkahnya, ia masih tetap mencari jawaban atas
perdebatan kecil yang baru ia jalani.
Saat berdiri di depan pintu barber shop, ia tarik
tungkai pintu kemudian hendak melangkahkan kakinya
keluar.... saat itu Allah Swt mengirimkan jawaban
padanya.

Matanya tertumbuk pada seorang pria gila yang berparas
awur-awuran. Rambut panjang tak terurus, janggut lebat
berantakan.
Demi melihat hal sedemikian, pintu barber shop yang
tadi telah ia buka maka ditutup kembali. Ia pun datang
lagi kepada tukang cukur dan berkata, 'Pak, menurut
saya yang tidak ada di dunia ini adalah TUKANG CUKUR!'
Merasa aneh dengan pernyataan itu, tukang cukur balik
bertanya, 'Bagaimana bisa Anda berkata demikian.
Padahal baru saja rambut Anda saya pangkas!'
'Begini pak, di jalan saya dapati ada orang yang
kurang waras. Rambutnya panjang tak terurus,
janggutnya pun lebat berantakan. Kalau benar di dunia
ini ada tukang cukur, rasanya tidak mungkin ada pria
yang berperawakan seperti itu!' si pelanggan
menyampaikan penjelasannya.

Tukang cukur tersenyum, sejenak kemudian dengan enteng
ia berkata, 'Pak... bukan Tukang Cukur yang tidak ada
di dunia ini. Masalah sebenarnya adalah pria gila yang
Anda ceritakan tidak mau hadir dan datang ke sini, ke
tempat saya... Andai dia datang, maka rambut dan
janggutnya akan saya rapihkan sehingga ia tidak
berperawakan sedemikian!'
Tiba-tiba si pelanggan meledakkan suara,
'Naaaahhhh.... itu dia jawabannya. Rupanya Anda juga
telah menemukan jawaban dari pertanyaan yang Anda
lontarkan!' 'Apa maksudmu?' si tukang cukur tidak
mengerti dengan pernyataan pelanggannya.
'Anda khan bilang bahwa di dunia ini banyak manusia
yang punya masalah. Kalau saja mereka datang kepada
Tuhan, pastilah masalah mereka akan terselesaikan.
Persis sama kejadiannya bila pria gila tadi datang
kemari dan mencukurkan rambutnya kepada Anda!'"
Kyai Ahmad mengakhiri kisah yang ia sampaikan.

Terlihat Fadlan menganggukkan kepala tanda mengerti.
"Jadi..., kamu hanya tinggal memohon saja apa yang
kamu inginkan kepada Allah Swt., pasti Allah bakal
berikan apa yang kamu pinta!" Kyai Ahmad berkata
memberi garansi.
Fadlan sudah mulai yakin, tapi ia masih mengejar
dengan satu pertanyaan, "Pak Kyai, saya sudah niat
untuk datang dan semakin mengakrabkan diri kepada
Allah. Tapi bagaimana caranya ya pak Kyai agar saya
bisa memohon nafkah yang cukup kepada Allah?"
Kemudian Pak Kyai membacakan ayat dalam Al Qur'an:
"Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan,
Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang
Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau
kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan.
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau
masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang
hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati
dari yang hidup, dan Engkau beri rezeki siapa yang
Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)". QS. 3 : 26-27

"Bacalah ayat itu sesering mungkin dan perbanyak doa
memohon nafkah serta rezeki yang halal dari Allah Swt.
Yakinlah bahwa Allah Swt akan senantiasa menjamin
penghidupanmu dan keluarga!" Kyai Ahmad mengakhiri
pembicaraan dengan memberi pesan.
Usai pembicaraan dengan Kyai Ahmad, Fadlan merasa
yakin bila dirinya hendak mencari nafkah, maka cara
termudah yang dapat ia kerjakan hanyalah dengan
'Datang dan Memohon kepada Pemilik Nafkah!'
Fadlan telah meyakini hal ini. Bagaimana dengan Anda?

Bobby Herwibowo - 08158300456
Dewan Pengawas Syariah - Dompet Dhuafa Republika

Friday, September 08, 2006

First heart beat...

Yesterday, me and my lovely wife Astri (cieeeh...) went to our obs/gyn dr. Wahyu at Bunda Hospital. We were lucky because we were No.3 on the queue list (when we arrived at the hospital later on, the list had already gone up to 20), it's all because I've already registered ourselves since 2:40 PM although the registration opens at 3:00 PM. Alhamdulillah.

Around 5:30 PM finally we can go inside and met our doctor and for the first time we can hear our baby's heart beat.. Wow what a fast heart beat that I've ever heard and you know what... it's getting closer for us to have a baby.. How marvelous is that. There is no USG this time what a pity because I want to see my baby... hiks... but the doctor told us to have a 4D USG at YPK on September 30.

Hopefully we can find out our baby's sex at that time, though it doesn't really matter for me whether it's going to be a boy or a girl as long as the baby is healthy and have no problem at all. Insya Allah.

Wednesday, September 06, 2006

Brasil 2 - Wales 0

Semalam eh tepatnya tadi pagi dinihari diniatin buat nonton Brasil - Wales... untung Lativi nyiarin pertandingan ini... terima kasih Lativi... setelah sebelumnya jingkrak-jingkrak kesenangan karena Brasil melumat Argentina 3:0, padahal pelatih baru Argentina sempet sombong tuh bilangnya mau ngalahin Brasil 4:0... HAHAHA... mana bisa.. syukurin.. Brasil O melhor todo mundo.

Semalam Brasil juga berhasil ngalahin Wales 2:0, walaupun gue banyak yang gak tau pemain-pemain baru yang di panggil sama si Dunga untungnya Ronaldihno sama Kaka dimainin. Menurut gue sih masih lebih asik nonton pertandingan sebelumnya yang lawan Argentina soalnya masalah harga diri dan gengsi jadi mainnya lebih ngotot sih. Tapi paling gak pendapat orang-orang yang bilang kalau Brasil itu banyak banget pemain berbakatnya jadi setiap kali piala dunia bisa ngirim 3 tim sekaligus dengan kulaitas yang sama ada benarnya karena tim yang dipilih Dunga kebanyakan jarang yang terkenal karena bermain di liga kelas duanya eropa kaya Liga Rusia sama Ukraina atau Liga Brasil.

Sempet bosen juga sih nontonnya soalnya terasa kurang seru dibanding sebelumnya apalagi ini friendly match jadi gak terlalu ngotot mainnya.

Hmm btw malam ini kan ada lagi pertandingan kualifikasi piala eropa 2008.. nonton aah..

Monday, September 04, 2006

Tuhan Sembilan Senti

Gue tidak merokok dan gue gak bisa menemukan satu manfaat pun dari rokok ataupun merokok, kecuali mungkin ada yang beralasan rokok dan pabrik rokok memberikan kehidupan bagi karyawannya, daerah sekitar dan petani tembakau.
Tetapi tetap saja itu semua dilakukan untuk suatu kegiatan sia-sia dan tidak bermanfaat malah sudah terbukti semua kerugiannya.
Kalau alasan di atas yang dipergunakan, seharusnya ganja, pohon koka juga diperbolehkan di tanam dan di jual saja di Indonesia, toh kita semua juga tahu kalau mereka itu tidak bermanfaat dan merusak, tetapi menghasilkan uang yag banyak.
Yang juga tidak habis pikir adalah kenapa di negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam dan katanya Islam menentang perbuatan yang sia-sia, malah mereka yang menjadi pendukung utama? bukankah tidak afdol kalau setiap kendurian, pengajian, peringatan kematian deelel tanpa adanya rokok.
Bahkan ulama dan sebagainya juga banyak yang suka merokok kan? Jadi dimana kesatuan antara yang diajarkan dan yang diamalkan?

Di bawah ini ada puisi dari kak Taufiq Ismail (mohon ijinnya untuk di pasang disini, kak) tentang Tuhan Sembilan Senti tersebut, sangat bagus, sangat mengena...

Tuhan Sembilan Senti
Oleh Taufiq Ismail

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,

Di sawah petani merokok,
di pabrik pekerja merokok,
di kantor pegawai merokok,
di kabinet menteri merokok,
di reses parlemen anggota DPR merokok,
di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara-perwira nongkrong merokok,
di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im
sangat ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang
yang tak merokok,

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
di ruang kepala sekolah ada guru merokok,
di kampus mahasiswa merokok,
di ruang kuliah dosen merokok,
di rapat POMG orang tua murid merokok,
di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya
apakah ada buku tuntunan cara merokok,

Di angkot Kijang penumpang merokok,
di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk
orang bertanding merokok,
di loket penjualan karcis orang merokok,
di kereta api penuh sesak orang festival merokok,
di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,
di andong Yogya kusirnya merokok,
sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok,

Negeri kita ini sungguh nirwana
kayangan para dewa-dewa bagi perokok,
tapi tempat cobaan sangat berat
bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,
diam-diam menguasai kita,

Di pasar orang merokok,
di warung Tegal pengunjung merokok,
di restoran di toko buku orang merokok,
di kafe di diskotik para pengunjung merokok,

Bercakap-cakap kita jarak setengah meter
tak tertahankan asap rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun
menderita di kamar tidur
ketika melayani para suami yang bau mulut
dan hidungnya mirip asbak rokok,

Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul
saling menularkan HIV-AIDS sesamanya,
tapi kita tidak ketularan penyakitnya.
Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya
mengepulkan asap rokok di kantor atau di stopan bus,
kita ketularan penyakitnya.
Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS,

Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan
nikotin paling subur di dunia,
dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun
asap tembakau itu,
Bisa ketularan kena,

Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok,
di apotik yang antri obat merokok,
di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,
di ruang tunggu dokter pasien merokok,
dan ada juga dokter-dokter merokok,

Istirahat main tenis orang merokok,
di pinggir lapangan voli orang merokok,
menyandang raket badminton orang merokok,
pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,
panitia pertandingan balap mobil,
pertandingan bulutangkis,
turnamen sepakbola
mengemis-ngemis mencium kaki sponsor
perusahaan rokok,

Di kamar kecil 12 meter kubik,
sambil 'ek-'ek orang goblok merokok,
di dalam lift gedung 15 tingkat
dengan tak acuh orang goblok merokok,
di ruang sidang ber-AC penuh,
dengan cueknya, pakai dasi,
orang-orang goblok merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im
sangat ramah bagi orang perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup
bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,
diam-diam menguasai kita,

Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh,
duduk sejumlah ulama terhormat merujuk
kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa.
Mereka ulama ahli hisap.
Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
Bukan ahli hisab ilmu falak,
tapi ahli hisap rokok.
Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka
terselip berhala-berhala kecil,
sembilan senti panjangnya, putih warnanya,
ke mana-mana dibawa dengan setia,
satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,

Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang,
tampak kebanyakan mereka
memegang rokok dengan tangan kanan,
cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.
Inikah gerangan pertanda
yang terbanyak kelompok ashabul yamiin
dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?

Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan
AC penuh itu.
Mamnu'ut tadkhiin, ya ustadz.
Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii'atun bi mukayyafi al hawwa'i.
Kalau tak tahan,
Di luar itu sajalah merokok.
Laa taqtuluu anfusakum.

Min fadhlik, ya ustadz.
25 penyakit ada dalam khamr.
Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi).
Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok.
Patutnya rokok diapakan?

Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz.
Wa yuharrimu 'alayhimul khabaaith.
Mohon ini direnungkan tenang-tenang,
karena pada zaman Rasulullah dahulu,
sudah ada alkohol,
sudah ada babi,
tapi belum ada rokok.

Jadi ini PR untuk para ulama.
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok,
Lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan,
jangan,

Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar
perbandingan ini.
Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan
kecil yang kepalanya berapi itu,
yaitu ujung rokok mereka.
Kini mereka berfikir.
Biarkan mereka berfikir.
Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap,
dan ada yang mulai terbatuk-batuk,

Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini,
sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia
mati karena penyakit rokok.
Korban penyakit rokok
lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas,
lebih gawat ketimbang bencana banjir,
gempa bumi dan longsor,
cuma setingkat di bawah korban narkoba,

Pada saat sajak ini dibacakan,
berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di
negara kita,
jutaan jumlahnya,
bersembunyi di dalam kantong baju dan celana,
dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna,
diiklankan dengan indah dan cerdasnya,

Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri,
tidak perlu ruku' dan sujud untuk taqarrub pada
tuhan-tuhan ini,
karena orang akan khusyuk dan fana
dalam nikmat lewat upacara menyalakan api
dan sesajen asap tuhan-tuhan ini,

Rabbana,
beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.